Latest Post

Monday 2 December 2013

Aku Butuh Kesejahteraan Peranan Pemerintah

“Semakin anda dapat memberikan kasih sayang tanpa menginginkan apa pun sebagai balasan, maka anda akan semakin bahagia”. (Hale Downskin).

          Salah satu sekian banyak kutipan yang berdedikasi yang saya kutip dari seseorang kontributor the secret HALE DOWNSKIN dalam bukunya The Sedona Method yang merupakan salah satu buku favorit saya yang membahas bagaimana cara dahsyat melepas belenggu pikiran dan emosi untuk memasuki kebahagiaan sejati.

Terlepas dari itu, mengingat peranan pemerintahan itu sendiri bagaimana implementasinya bagi masyarakat yang tergolong kurang mampu, bahkan fakir?. Apakah tidak ada lagi tegang rasa setidaknya sedikit meringankan beban yang dipikul mereka yang tergolong kurang mendapatkan perhatian dari pemerintah setempat?. Melihat kondisinya saat ini, tidak terlihatnya seorang pemimpin yang memberikan kasih sayang terhadap masyarakatnya tanpa menginginkan apa pun sebagai balasannya. Namun sebaliknya. Jika tanpa adanya keuntungan yang didapatkan, maka tidak heran kurangnya antisipasi pemerintahan dalam menangani masalah ekonomi-sosial yang kronis di Aceh.

Teringat sebuah kalimat yang terlontar pada suatu masa itu:

"Permasalah sosial di daerah ini sudah demikian kronis, sehingga kita bertaruh bukan dengan jam lagi, tetapi dalam hitungan detik," katanya ketika membuka Rakor Bidang Kesejahteraan Sosial se-Nanggroe Aceh, di Banda Aceh, Minggu (5/1).[1].

          Kalimat tersebut semestinya bisa menjadi salah satu sebuah pendongkrak atau penyadar bagi yang berperan dalam pemerintahan sekarang, yang seharusnya Jajaran Dinas Sosial khususnya harus memahami, para penyandang masalah sosial kini sedang menantikan uluran tangan pemerintah dengan penuh harap, terutama menyangkut dengan program rehabilitasi sosial supaya benar-benar terwujud.

Permasalahan kesejahteraan sosial merupakan hal-hal yang berkaitan dengan perlindungan anak, perempuan dan lanjut usia, keterlantaran, kecacatan, ketunasosialan, bencana alam, serta bencana sosial. Penanganan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial khususnya fakir miskin yang tidak dilakukan secara tepat akan berakibat pada kesenjangan sosial yang semakin meluas, dan berdampak pada melemahnya ketahanan sosial masyarakat, serta dapat mendorong terjadinya konflik sosial, terutama bagi kelompok masyarakat yang tinggal di daerah terpencil dan perbatasan.

          Mengundang melihat kondisi yang tidak seharus nya dialami oleh Pak Zainuddin seorang Ayah yang sangat membanggakan bagi kedua anak-anaknya. Yakni, Muklis yang masih diparuh baya berusia 4 tahun dan Rahmat yang masih berusia 10 tahun. Bagaimana tidak, dibalik keterbatasannya yang mengalami cacat fisik yang sedang dialaminya. Namun, seorang Ayah yang berusia 50 tahun tersebut masih tetap berjuang untuk menafkahi keluarganya, walau keterbatasan yang sewaktu-waktu bisa mengahambat kinerjanya.

          Pak Zainuddin saat ditanya mengenai latar belakang keluarganya memang sedikit mengharukan. Sejak kecil beliau memang sudah lama menjalani pekerjaan ini sebagai pedagang tiram. Beliau saat ditanya latar pendidikannya, memang sangat mempengaruhi peran yang dijalaninya sekarang sebagai pedagang tiram. Karena, Ayah dari dua anak tersebut melalui keterangan yang diberikan, merupakan salah satu sekian banykannya masyarakat yang ada di Aceh, termasuk yang tidak pernah mengecap bagaimana rasanya dunia pendidikan. Bahkan, tingkat sederajat pun beliau tidak pernah merasakannya.
          Pak Zainuddin yang berdomisili di Ruyung kecamatan Krueng Raya berdasarkan dari keterangan beliau. Dikesehariannya berjualan tiram, tidak terlepas dari peran seorang istrinya yang bekerja sebagai ibu rumah tangga, yang membantu untuk mengumpulkan tiram-tiram tersebut dan diteruskan oleh Pak Zainuddin untuk dipasarkan di tempat-tempat tertentu tergantung situasinya. Persentase penghasilan yang bisa dihasilkan dari tiram-tiram tersebut jika disama ratakan dalam perhari, Pak Zainuddin dapat mengumpulkan sekitar Rp. 30.000/harinya. Itu pun jika seandainya tiram-tiram tersebut diminati konsumen setiap harinya. Menurut laporan beliau, bahkan dalam hari-harinya berjualan tiram, pernah sewaktu-waktu ia tidak mendapatkan sedikitpun dari hasil dari penjualan tiram-tiramnya. Dikarenakan, kurangnya minat konsumen dengan tiram-tiram yang kurang menrik perhatian konsumen. Apalagi ditambah dengan kondisi Pak Zainudduin yang mengalami cacat fisik yang dialaminya terutama diwajah dalam penglihatan, sewaktu-waktu yang akan bisa sangat mempengaruhi minat seorang konsumen untuk  mengampiri tiram-tiram beliau.

          Melihat dari deskripsi diatas, apakah Pak Zainuddin salah satu orang yang semestinya mendapatkan perhatian dari pemerintah, apakah dibiarkan saja seperti adanya?. Apakah lingkungan kinerja pemerintah itu hanya paginya pergi kekantor sorenya pulang kerumah dan seterusnya secara kelanjutan?. Apakah pemerintah hanya bisa mengatakan akan ditindaki lanjuti, melontarkan janji dan teori-teori kemaslahatan ummat?.

          Namun permasalahan ekonomi-sosial kronis yang dihadapi masyarakat sekarang dan bertanya, dimanakah peran pemerintahan yang mengatas namakan kesejahteraan rakyat? Dimana janji yang akan mengayomi masyarakat untuk menuju kehidupan yanag lebih baik itu?. Dimana letak demokrasi pandangan hidup yang mengutamakan persamaan hak dan kewajiban serta perlakuan yang sama bagi semua warga Negara?.

          Jika ditelusuri kebelakang, persoalan yang dihadapi masyarakat Aceh umumnya diepengaruhi karena konflik masa lampau yang berkepanjangan dan pasca tsunami. Secara tidak sadar mempengaruhi berubahnya tatanan hidup masyarakat Aceh. Mengalami transformasi social secara terus menrus. Akibatnya, akses lain yang dirasakan sekarang ini adalah menurunnya pendapatan masyarakat, rendahnya tingkat kesehatan bahkan pendidikan.

Menurut dari data populasi PMKS (penyandang masalah kesejahteraan social) yang terdapat pada Dinas Social Aceh sampai dengan akhir tahun 2009, terdapat 1.884 jiwa gelandangan dan pengemis, 1.156 jiwa bekas narapidana dan 320 jiwa tuna susila. Selain itu, sampai akhir tahun 2009 tercatat lebih dari 100 ribu jiwa anak mengalami permasalahan sosial, diantaranya terdapat 83.114 jiwa anak terlantar, 1.823 jiwa anak nakal, anak jalanan sebanyak 590 jiwa. Begitu juga dengan populasi para lanjut usia terlantar yang mencapai 13.649 jiwa dan kondisi ini mengalami kecenderungan meningkat setiap tahunnya. Dinas Social Aceh tahun 2008 juga mencatat 7.160 anak yang berada di panti. Dan bagaimana ditahun 2012 terkahir?. Secara terus menerus mengalami kenaikan-kenaikan masalah kesejahteraan social di Aceh.

Menghadapi situasi problematika yang dihadapi sekarang, hendaknya pemerintah setempat sesegara mungkin menyusun berbagai program cepat (crash program) yang lebih mengarah kepada pemberdayaan masyrakat yang tergolong memiliki ekonomi rendah, apalagi mengalami cacat fisik yang seharusnya mempunyai pekerjaan yang sesuai dengan kondisi yang dialaminya. Memberikan modal usaha, penyediaan lapangan kerja, pelatihan pekerja, memberikan bantuan secara dihibahkan bagi mereka yang memang sangat memerlukan bantuan tersebut dan hal yang terpenting adalah pendidikan wajib bagi seluruh masyarakat Aceh. Baik 9 tahun 13 tahun bahkan sampai keperguruan tinggi. Perlu adanya beasiswa untuk meringankan pembiayaan hidup serta yang akan dapat memacu semangat belajar pelaku pendidikan itu sendiri.


[1] Pelita.or.id

No comments:

Post a Comment