Latest Post

Thursday 19 February 2015

PROPOSAL : Metodologi Penelitian I



GLOBALISASI DAN PENGARUHNYA TERHADAP KELESTARIAN BAHASA DAERAH DI LINGKUNGAN SISWA SMAN 1 SIMPANG KIRI KOTA SUBULUSSALAM


Proposal


Oleh :
ARYAWAN BANCIN
1210101010006



 



*





FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM – BANDA ACEH
2013 – 2014

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.        Latar Belakang Masalah
Globalisasi merupakan proses integrasi internasional yang terjadi karena pertukaran pandangan dunia, produk, pemikiran, dan aspek-aspek kebudayaan lainnya. Istilah ini cenderung merujuk pada kebudayaan asing yang sangat bebas masuk ke seluruh dunia akibat tidak ada lagi batasan antar negara. Merebaknya arus budaya baru ini pastinya sulit untuk ditolak sehingga telah menjadi ancaman tersendiri bagi budaya nasional. Adapun, budaya nasional terdiri dari banyak hal, salah satunya bahasa daerah. Oleh karena itu, saya akan mengkhususkan pola penelitian terhadap kelestarian bahasa daerah dalam situasi dimana begitu terancam.
Indonesia adalah negara multikultural. Keberagaman aspek budaya yang dimiliki masyarakat Indonesia sangatlah majemuk.
Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia.
Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata Latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai "kultur" dalam bahasa Indonesia.
Siapa pula yang tidak tahu betapa kayanya negeri berbudaya ini, Indonesia akan ragamnya bahasa daerah? Ragamnya bahasa daerah di Indonesia adalah aset penting negeri ini sekalipun bahasa Indonesia harus diutamakan sebagai bahasa persatuan. Bahasa daerah menjadi kekayaan dan modal utama yang menunjukkan bahwa Indonesia adalah negeri berbudaya. Alangkah malangnya jika sebagian dari suatu suku bangsa tidak mengenal dan melestarikannya. Kemungkinan terburuk adalah dirampasnya aset tersebut oleh pihak tidak bertanggungjawab jika tidak diakui apalagi dilestarikan oleh pemiliknya sendiri.
Dirampasnya bahasa daerah oleh pihak tidak bertanggungjawab berlangsung secara perlahan namun pasti seiring dengan sikap pemiliknya yang tidak mau melestarikannya dengan cara mengakui kehadirannya satu per satu dan mempelajarinya sampai pada taraf mewariskannya pada generasi selanjutnya. Bisa dibayangkan bagaimana. Kita tentu tidak ingin kalau kelestarian bahasa daerah menjadi surut dan terancam punah, bukan? Oleh karena itu, mari kita lihat lagi apakah kita sudah cukup andil untuk melestarikan bahasa daerah di tengah arus globalisasi dewasa ini.
1.2.        Rumusan masalah
1.2.1.  Apakah siswa SMAN 1 Simpang Kiri Kota Subulussalam mengetahui globalisasi berdampak pada budaya nasional?
1.2.2.  Apakah siswa SMAN 1 Simpang Kiri Kota Subulussalam memahami bahasa daerah masing-masing?
1.2.3.  Sejauh manakah pengaruh globalisasi mempengaruhi kelestarian bahasa daerah di lingkungan SMAN 1 Simpang Kiri Kota Subulussalam?

1.3.        Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah tersebut di atas, maka tujuan penelitian secara umum adalah mengetahui bagaimana pengaruh globalisasi terhadap kelestarian bahasa daerah di Indonesia. Secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:
1.3.1.  Apakah siswa SMAN 1 Simpang Kiri Kota Subulussalam mengetahui globalisasi berdampak pada budaya nasional.
1.3.2.   Apakah siswa SMAN 1 Simpang Kiri Kota Subulussalam memahami bahasa daerah masing-masing.
1.3.3.  Sejauh manakah pengaruh globalisasi mempengaruhi kelestarian bahasa daerah di lingkungan SMAN 1 Simpang Kiri Kota Subulussalam.

1.4.        Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan sebagai berikut:
1.     Dilihat dari Segi Teoritis
Hasil penelitian ini dapat berguna bagi dunia pendidikan dan masyarakat luas.
Adapun, kegunaannya adalah
·        Memberikan masukkan kepada pelajar dan masyarakat luas untuk meningkatkan sikap menghargai masuknya arus globalisasi.
·        Memberikan motivasi kepada pelajar dan masyarakat luas untuk meningkatkan rasa kepedulian dan tanggungjawab dalam rangka  pelestarian bahasa daerah.

2.     Dilihat dari Segi Praktis
Hasil penelitian ini juga berguna dalam segi praktis, yaitu:
·        Memberikan dorongan kepada pelajar dan masyarakat luas untuk bersikap selektif terhadap globalisasi.
·        Memberikan dorongan kepada pelajar dan masyarakat luas untuk mempelajari dan mewariskan bahasa daerah masing-masing.







BAB II
KAJIAN TEORI
2.1.        Batasan Istilah
Menurut Selo Soemardjan, globalisasi adalah suatu proses terbentuknya sistem organisasi dan komunikasi antarmasyarakat di seluruh dunia. Tujuan globalisasi adalah untuk mengikuti sistem dan kaidah-kaidah tertentu yang sama misalnya terbentuknya PBB, OKI. Dengan demikian, untuk mewujudkan sistem komunikasi antarmasyarakat di seluruh dunia diperlukan bahasa yang bisa menyatukan. Adapun, bahasa Inggris merupakan bahasa internasional yang menyatukan antarbangsa. Sehingga, setiap lapisan masyarakat dituntut untuk mempelajarinya seiring dengan melestarikan bahasa nasionalnya.
Hal ini menjadi suatu ancaman bagi keberadaan bahasa daerah di Indonesia.Tidak mudah bagi setiap orang untuk mempelajari dan melestarikan bahasa Indonesia, bahasa Inggris, dan bahasa daerah secara berimbang. Dipastikan, bahasa daerah tidak lagi diutamakan untuk dipelajari padahal bahasa daerah merupakan aset utama yang menunjukkan bahwa Indonesia adalah negeri berbudaya.
Dengan demikian, agar penelitian lebih terarah maka permasalahan yang dibatasi dalam penelitian ini adalah mengenai bagaimana siswa SMAN 1 Simpang Kiri Kota Subulussalam berusaha mempelajari bahasa daerah masing-masing seiring dengan masuknya bahasa Inggris akibat globalisasi.

2.2.        Globalisasi
2.2.1.  Pengertian Globalisasi
Menurut asal katanya, kata "globalisasi" diambil dari kata global, yang maknanya ialah universal. Achmad Suparman menyatakan Globalisasi adalah suatu proses menjadikan sesuatu (benda atau perilaku) sebagai ciri dari setiap individu di dunia ini tanpa dibatasi oleh wilayah. Globalisasi belum memiliki definisi yang mapan, kecuali sekedar definisi kerja (working definition), sehingga bergantung dari sisi mana orang melihatnya. Ada yang memandangnya sebagai suatu proses sosial, atau proses sejarah, atau proses alamiah yang akan membawa seluruh bangsa dan negara di dunia makin terikat satu sama lain, mewujudkan satu tatanan kehidupan baru atau kesatuan ko-eksistensi dengan menyingkirkan batas-batas geografis, ekonomi dan budaya masyarakat.
Di sisi lain, ada yang melihat globalisasi sebagai sebuah proyek yang diusung oleh negara-negara adikuasa, sehingga bisa saja orang memiliki pandangan negatif atau curiga terhadapnya. Dari sudut pandang ini, globalisasi tidak lain adalah kapitalisme dalam bentuk yang paling mutakhir. Negara-negara yang kuat dan kaya praktis akan mengendalikan ekonomi dunia dan negara-negara kecil makin tidak berdaya karena tidak mampu bersaing. Sebab, globalisasi cenderung berpengaruh besar terhadap perekonomian dunia, bahkan berpengaruh terhadap bidang-bidang lain seperti budaya dan agama. Theodore Levitte merupakan orang yang pertama kali menggunakan istilah Globalisasi pada tahun 1985.
Scholte melihat bahwa ada beberapa definisi yang dimaksudkan orang dengan globalisasi:
·        Internasionalisasi: Globalisasi diartikan sebagai meningkatnya hubungan internasional. Dalam hal ini masing-masing negara tetap mempertahankan identitasnya masing-masing, namun menjadi semakin tergantung satu sama lain.
·        Liberalisasi: Globalisasi juga diartikan dengan semakin diturunkankan batas antar negara, misalnya hambatan tarif ekspor impor, lalu lintas devisa, maupun migrasi.
·        Universalisasi: Globalisasi juga digambarkan sebagai semakin tersebarnya hal material maupun imaterial ke seluruh dunia. Pengalaman di satu lokalitas dapat menjadi pengalaman seluruh dunia.
·        Westernisasi: Westernisasi adalah salah satu bentuk dari universalisasi dengan semakin menyebarnya pikiran dan budaya dari barat sehingga mengglobal.
·        Hubungan transplanetari dan suprateritorialitas: Arti kelima ini berbeda dengan keempat definisi di atas. Pada empat definisi pertama, masing-masing negara masih mempertahankan status ontologinya. Pada pengertian yang kelima, dunia global memiliki status ontologi sendiri, bukan sekadar gabungan negara-negara.

Berikut ini adalah pengertian globalisasi menurut para ahli.
1.     Malcom Waters
Globalisasi adalah sebuah proses sosial yang berakibat bahwa pembatasan geografis pada keadaan sosial budaya menjadi kurang penting, yang terjelma didalam kesadaran orang.
2.     Emanuel Ritcher
Globalisasi adalah jaringan kerja global secara bersamaan menyatukan masyarakat yang sebelumnya terpencar-pencar dan terisolasi kedalam saling ketergantungan dan persatuan dunia.
3.     Thomas L. Friedman
Globalisasi memiliki dimensi ideology dan teknlogi. Dimensi teknologi, yaitu kapitalisme dan pasar bebas sedangkan dimensi teknologi adalah teknologi informasi yang telah menyatukan dunia.
4.     Princenton N. Lyman
Globalisasi adalah pertumbuhan yang sangat cepat atas saling ketergantungan dan hubungan antara negara-negara di dunia dalam hal perdagangan dan keuangan.
5.     Leonor Briones
Demokrasi bukan hanya dalam bidang perniagaan dan ekonomi namun juga mencakup globalisasi institusi-institusi demokratis, pembangunan sosial, hak asasi manusia, dan pergerakan wanita.
6.     Achmad Suparman
Globalisasi adalah suatu proses menjadikan sesuatu (benda atau perilaku) sebagai ciri dari setiap individu di dunia ini tanpa dibatasi oleh wilayah.
7.     M. Dahlan Al-Barry
Globalisasi ialah suatu perubahan perombakan atau peningkatan secara menyeluruh dari berbagai macam aspek kehidupan.
8.     Rosabeth Moss Kanter, (1995)
Globalisasi adalah dunia yang menjadi pusat perbelanjaan global yang dalam gagasan dan produksinya, tersedia disetiap tempat ada saat yang sama.
9.     Kamus Bahasa Indonesia
Globalisasi adalah proses masuk ke ruang lingkup dunia. Dapat pula diartikan sebagai hal-hal kejadian secara menyeluruh dalam berbagai bidang kehidupan sehingga tidak tampak lagi batas-batas yang mengikat secara nyata.
10.                         Selo Soemardjan
Globalisasi adalah suatu proses terbentuknya sistem organisasi dan komunikasi antarmasyarakat di seluruh dunia. Tujuan globalisasi adalah untuk mengikuti sistem dan kaidah-kaidah tertentu yang sama misalnya terbentuknya PBB, OKI.
11.                        Menurut Anthony Giddens (1989),
Proses peningkatan kesalingtergantungan masyarakat dunia dinamakan dengan globalisasi. Ditandai oleh kesenjangan tingkat kehidupan antara masyarakat industri dan masyarakat dunia ketiga(yang pernah dijajah Barat dan mayoritas hidup dari pertanian)

2.3.        Teori Globalisasi
Cochrane dan Pain menegaskan bahwa dalam kaitannya dengan globalisasi, terdapat tiga posisi teoritis yang dapat dilihat, yaitu:
1.     Para globalis percaya bahwa globalisasi adalah sebuah kenyataan yang memiliki konsekuensi nyata terhadap bagaimana orang dan lembaga di seluruh dunia berjalan. Mereka percaya bahwa negara-negara dan kebudayaan lokal akan hilang diterpa kebudayaan dan ekonomi global yang homogen. meskipun demikian, para globalis tidak memiliki pendapat sama mengenai konsekuensi terhadap proses tersebut.
2.     Para globalis positif dan optimistis menanggapi dengan baik perkembangan semacam itu dan menyatakan bahwa globalisasi akan menghasilkan masyarakat dunia yang toleran dan bertanggung jawab.
3.     Para globalis pesimis berpendapat bahwa globalisasi adalah sebuah fenomena negatif karena hal tersebut sebenarnya adalah bentuk penjajahan barat(terutama Amerika Serikat) yang memaksa sejumlah bentuk budaya dan konsumsi yang homogen dan terlihat sebagai sesuatu yang benar dipermukaan. Beberapa dari mereka kemudian membentuk kelompok untuk menentang globalisasi (anti-globalisasi).

2.4.        Globalisasi Kebudayaan
Globalisasi memengaruhi hampir semua aspek yang ada di masyarakat, termasuk diantaranya aspek budaya. Kebudayaan dapat diartikan sebagai nilai-nilai (values) yang dianut oleh masyarakat ataupun persepsi yang dimiliki oleh warga masyarakat terhadap berbagai hal. Baik nilai-nilai maupun persepsi berkaitan dengan aspek-aspek kejiwaan/psikologis, yaitu apa yang terdapat dalam alam pikiran. Aspek-aspek kejiwaan ini menjadi penting artinya apabila disadari, bahwa tingkah laku seseorang sangat dipengaruhi oleh apa yang ada dalam alam pikiran orang yang bersangkutan. Sebagai salah satu hasil pemikiran dan penemuan seseorang adalah kesenian, yang merupakan subsistem dari kebudayaan.
Globalisasi sebagai sebuah gejala tersebarnya nilai-nilai dan budaya tertentu keseluruh dunia (sehingga menjadi budaya dunia atauworld culture) telah terlihat semenjak lama. Cikal bakal dari persebaran budaya dunia ini dapat ditelusuri dari perjalanan para penjelajah Eropa Barat ke berbagai tempat di dunia ini ( Lucian W. Pye, 1966 ).
Namun, perkembangan globalisasi kebudayaan secara intensif terjadi pada awal ke-20 dengan berkembangnya teknologi komunikasi. Kontak melalui media menggantikan kontak fisik sebagai sarana utama komunikasi antar bangsa. Perubahan tersebut menjadikan komunikasi antar bangsa lebih mudah dilakukan, hal ini menyebabkan semakin cepatnya perkembangan globalisasi kebudayaan.
Ciri Berkembangnya Globalisasi Kebudayaan
·        Berkembangnya pertukaran kebudayaan internasional.
·        Penyebaran prinsip multikebudayaan (multiculturalism), dan kemudahan akses suatu individu terhadap kebudayaan lain di luar kebudayaannya.
·        Berkembangnya turisme dan pariwisata.
·        Semakin banyaknya imigrasi dari suatu negara ke negara lain.
·        Berkembangnya mode yang berskala global, seperti pakaian, film dan lain lain.
·        Bertambah banyaknya event-event berskala global, seperti Piala Dunia FIFA.
·        Persaingan bebas dalam bidang ekonomi
·        Meningkakan interaksi budaya antar negara melalui perkembangan media massa

2.5.        Dampak Globalisasi
2.5.1.  Dampak Positif
·        Mudah memperoleh informasi dan ilmu pengetahuan
·        Mudah melakukan komunikasi
·        Cepat dalam bepergian (mobilitas tinggi)
·        Menumbuhkan sikap kosmopolitan dan toleran
·        Memacu untuk meningkatkan kualitas diri
·        Mudah memenuhi kebutuhan

2.5.2.  Dampak Negatif
·        Informasi yang tidak tersaring
·        Perilaku konsumtif
·        Membuat sikap menutup diri, berpikir sempit
·        Pemborosan pengeluaran dan meniru perilaku yang buruk
·        Mudah terpengaruh oleh hal yang tidak sesuai dengan kebiasaan atau kebudayaan suatu negara

2.6.        Bahasa Daerah
2.6.1.  Pengertian Bahasa Daerah
Bahasa daerah adalah suatu bahasa yang dituturkan di suatu wilayah dalam sebuah negara kebangsaan; apakah itu pada suatu daerah kecil, negara bagian federal atau provinsi, atau daerah yang lebih luas.
Dalam rumusan “Piagam Eropa untuk Bahasa-Bahasa Regional atau Minoritas”: "bahasa-bahasa daerah atau minoritas" adalah bahasa – bahasa yang:
1.     Secara tradisional digunakan dalam wilayah suatu negara, oleh warga negara dari negara tersebut, yang secara numerik membentuk kelompok yang lebih kecil dari populasi lainnya di negara tersebut; dan
2.     berbeda dari bahasa resmi (atau bahasa-bahasa resmi) dari negara tersebut.

2.6.2.  Bahasa Daerah Terdata di Indonesia
·        Bahasa Aceh Digunakan di Wilayah Sumatera
·        Bahasa Alas Digunakan di Wilayah Sumatera
·        Bahasa Alor Digunakan di Wilayah Maluku Daerah Sekitar Ambon Timur
·        Bahasa Ambelan Digunakan di Wilayah Maluku Daerah Sekitar Ambon Timur
·        Bahasa Angkola Digunakan di Wilayah Sumatera
·        Bahasa Aru Digunakan di Wilayah Maluku Daerah Sekitar Ambon Timur
·        Bahasa Bacan Digunakan di Wilayah Maluku Daerah Sekitar Sula Bacan
·        Bahasa Bada' Besona Digunakan di Wilayah Sulawesi Daerah Sekitar Toraja
·        Bahasa Bahau Digunakan di Wilayah Kalimantan
·        Bahasa Bajau Digunakan di Wilayah Kalimantan
·        Bahasa Balantak Digunakan di Wilayah Sulawesi Daerah Sekitar Loinan
·        Bahasa Bali Digunakan di Wilayah Bali
·        Bahasa Banda Digunakan di Wilayah Maluku Daerah Sekitar Ambon Timur
·        Bahasa Banggai Digunakan di Wilayah Sulawesi Daerah Sekitar Loinan
·        Bahasa Banjar Digunakan di Wilayah Kalimantan
·        Bahasa Bantik Digunakan di Wilayah Sulawesi Daerah Sekitar Sulut
·        Bahasa Batak Digunakan di Wilayah Sumatera
·        Bahasa Belu Digunakan di Wilayah Maluku Daerah Sekitar Ambon Timur
·        Bahasa Bobongko Digunakan di Wilayah Sulawesi Daerah Sekitar Loinan
·        Bahasa Bonerate Digunakan di Wilayah Sulawesi Daerah Sekitar Muna Butung
·        Bahasa Bugis Digunakan di Wilayah Sulawesi Daerah Sekitar Sulsel
·        Bahasa Bulanga Digunakan di Wilayah Sulawesi Daerah Sekitar Gorontalo
·        Bahasa Bungkumori Digunakan di Wilayah Sulawesi Daerah Sekitar Bungku Langku
·        Bahasa Buol Digunakan di Wilayah Sulawesi Daerah Sekitar Gate
·        Bahasa Buru Digunakan di Wilayah Maluku Daerah Sekitar Ambon Timur
·        Bahasa Butung  Digunakan di Wilayah Sulawesi Daerah Sekitar Muna Butung
·        Bahasa Enggano Digunakan di Wilayah Sumatera
·        Bahasa Gayo Digunakan di Wilayah Sumatera
·        Bahasa Geloli Digunakan di Wilayah Maluku Daerah Sekitar Ambon Timur
·        Bahasa Goram Digunakan di Wilayah Maluku Daerah Sekitar Ambon Timur
·        Bahasa Gorontalo Digunakan di Wilayah Sulawesi Daerah Sekitar Gate
·        Bahasa Helo Digunakan di Wilayah Maluku Daerah Sekitar Ambon Timur
·        Bahasa Iban Digunakan di Wilayah Kalimantan
·        Bahasa Jawa Digunakan di Wilayah Jawa
·        Bahasa Kadang Digunakan di Wilayah Maluku Daerah Sekitar Ambon Timur
·        Bahasa Kai Digunakan di Wilayah Maluku Daerah Sekitar Ambon Timur
·        Bahasa Kaidipan Digunakan di Wilayah Sulawesi Daerah Sekitar Gate
·        Bahasa Kail Digunakan di Wilayah Sulawesi Daerah Sekitar Toraja
·        Bahasa Kaisar Digunakan di Wilayah Maluku Daerah Sekitar Ambon Timur
·        Bahasa Kalaotoa Digunakan di Wilayah Sulawesi Daerah Sekitar Muna Butung
·        Bahasa Karo Digunakan di Wilayah Sumatera
·        Bahasa Karompa Digunakan di Wilayah Sulawesi Daerah Sekitar Muna Butung
·        Bahasa Kayan Digunakan di Wilayah Kalimantan
·        Bahasa Kenya Digunakan di Wilayah Kalimantan
·        Bahasa Klemautan Digunakan di Wilayah Kalimantan
·        Bahasa Kroe Digunakan di Wilayah Maluku Daerah Sekitar Ambon Timur
·        Bahasa Kubu Digunakan di Wilayah Sumatera
·        Bahasa Lain Digunakan di Wilayah Maluku Daerah Sekitar Ambon Timur
·        Bahasa Laki Digunakan di Wilayah Sulawesi Daerah Sekitar Bungku Langku
·        Bahasa Lampung Digunakan di Wilayah Sumatera
·        Bahasa Landawe Digunakan di Wilayah Sulawesi Daerah Sekitar Bungku Langku
·        Bahasa Layolo Digunakan di Wilayah Sulawesi Daerah Sekitar Muna Butung
·        Bahasa Leboni Digunakan di Wilayah Sulawesi Daerah Sekitar Toraja
·        Bahasa Leti Digunakan di Wilayah Maluku Daerah Sekitar Ambon Timur
·        Bahasa Loinan Digunakan di Wilayah Sulawesi Daerah Sekitar Loinan
·        Bahasa Lom Digunakan di Wilayah SumateraBahasa Luwu Digunakan di Wilayah Sulawesi Daerah Sekitar Sulsel
·        Bahasa Madura Digunakan di Wilayah Jawa
·        Bahasa Makassar Digunakan di Wilayah Sulawesi Daerah Sekitar Sulsel
·        Bahasa Mandailing Digunakan di Wilayah Sumatera
·        Bahasa Mandar Digunakan di Wilayah Sulawesi Daerah Sekitar Sulsel
·        Bahasa Mapute Digunakan di Wilayah Sulawesi Daerah Sekitar Bungku Langku
·        Bahasa Melayu Digunakan di Wilayah Kalimantan
·        Bahasa Melayu Digunakan di Wilayah Sumatera
·        Bahasa Mentawai Digunakan di Wilayah Sumatera
·        Bahasa Milano Digunakan di Wilayah Kalimantan
·        Bahasa Minangkabau Digunakan di Wilayah Sumatera
·        Bahasa Mongondow Digunakan di Wilayah Sulawesi Daerah Sekitar Sulut
·        Bahasa Napu Digunakan di Wilayah Sulawesi Daerah Sekitar Toraja
·        Bahasa Nias Digunakan di Wilayah Sumatera
·        Bahasa Orang Laut Digunakan di Wilayah Sumatera
·        Bahasa Ot-Danum Digunakan di Wilayah Kalimantan
·        Bahasa Pak-Pak Digunakan di Wilayah Sumatera
·        Bahasa Pantar Digunakan di Wilayah Maluku Daerah Sekitar Ambon Timur
·        Bahasa Pilpikoro Digunakan di Wilayah Sulawesi Daerah Sekitar Toraja
·        Bahasa Pitu Digunakan di Wilayah Sulawesi Daerah Sekitar Sulsel
·        Bahasa Rejang Lebong Digunakan di Wilayah Sumatera
·        Bahasa Riau Digunakan di Wilayah Sumatera
·        Bahasa Roma Digunakan di Wilayah Maluku Daerah Sekitar Ambon Timur
·        Bahasa Rote Digunakan di Wilayah Maluku Daerah Sekitar Ambon Timur
·        Bahasa Sa'dan Digunakan di Wilayah Sulawesi Daerah Sekitar Sulsel
·        Bahasa Salu Digunakan di Wilayah Sulawesi Daerah Sekitar Sulsel
·        Bahasa Sangir Digunakan di Wilayah Sulawesi Daerah Sekitar Sulut
·        Bahasa Sasak Digunakan di Wilayah Bali
·        Bahasa Sasak Digunakan di Wilayah Nusa Tenggara Barat
·        Bahasa Sasak Digunakan di Wilayah Nusa Tenggara Timur
·        Bahasa Seko Digunakan di Wilayah Sulawesi Daerah Sekitar Sulsel
·        Bahasa Sikule Digunakan di Wilayah Sumatera
·        Bahasa Simulur Digunakan di Wilayah Sumatera
·        Bahasa Solor Digunakan di Wilayah Maluku Daerah Sekitar Ambon Timur
·        Bahasa Sula Digunakan di Wilayah Maluku Daerah Sekitar Sula Bacan
·        Bahasa Sumba Digunakan di Wilayah Nusa Tenggara Barat
·        Bahasa Sumbawa Digunakan di Wilayah Nusa Tenggara Timur
·        Bahasa Sunda Digunakan di Wilayah Jawa
·        Bahasa Talaud Digunakan di Wilayah Sulawesi Daerah Sekitar Sulut
·        Bahasa Taliabo Digunakan di Wilayah Maluku Daerah Sekitar Sula Bacan
·        Bahasa Tambulu Digunakan di Wilayah Sulawesi Daerah Sekitar Sulut
·        Bahasa Tanibar Digunakan di Wilayah Maluku Daerah Sekitar Ambon Timur
·        Bahasa Ternate Digunakan di Wilayah Maluku Daerah Sekitar Halmahera Utara
·        Bahasa Tetun Digunakan di Wilayah Nusa Tenggara Timur
·        Bahasa Tetun Digunakan di Wilayah Maluku Daerah Sekitar Ambon Timur
·        Bahasa Tidore Digunakan di Wilayah Maluku Daerah Sekitar Halmahera Utara
·        Bahasa Timor Digunakan di Wilayah Nusa Tenggara Timur
·        Bahasa Timor Digunakan di Wilayah Maluku Daerah Sekitar Ambon Timur
·        Bahasa Tombatu Digunakan di Wilayah Sulawesi Daerah Sekitar Sulut
·        Bahasa Tomini Digunakan di Wilayah Sulawesi Daerah Sekitar Tomoni
·        Bahasa Tompakewa Digunakan di Wilayah Sulawesi Daerah Sekitar Sulut
·        Bahasa Tondano Digunakan di Wilayah Sulawesi Daerah Sekitar Sulut
·        Bahasa Tontembun Digunakan di Wilayah Sulawesi Daerah Sekitar Sulut
·        Bahasa Toraja Digunakan di Wilayah Sulawesi Daerah Sekitar Toraja
·        Bahasa Uluna Digunakan di Wilayah Sulawesi Daerah Sekitar Sulsel
·        Bahasa Walio Digunakan di Wilayah Sulawesi Daerah Sekitar Muna Butung
·        Bahasa Wetar Digunakan di Wilayah Maluku Daerah Sekitar Ambon Timur
·        Bahasa Windesi Digunakan di Wilayah Maluku Daerah Sekitar Halmahera Selatan
·        Bahasa Wotu Digunakan di Wilayah Sulawesi Daerah Sekitar Toraja

2.7.        Hipotesis
Berdasarkan kajian teori di atas, hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut:
1.     Siswa SMAN 1 Simpang Kiri Kota Subulussalam mengetahui bahwa globalisasi berdampak pada budaya nasional.
2.     Siswa SMAN 1 Simpang Kiri Kota Subulussalam memahami bahasa daerah masing-masing.
3.     Globalisasi menyebabkan rendahnya kelestarian bahasa daerah di lingkungan siswa SMAN 1 Simpang Kiri Kota Subulussalam





.

BAB III
METODE PENELITIAN
3.1.        Lokasi Penelitian
Penelitian sosial ini dilakukan di kelas-kelas yang ada di SMAN 1 Simpang Kiri Kota Subulussalam.

3.2.        Prosedur dan Jadwal Penelitian
Prosedur penelitian yang dilakukan dengan melalui angket adalah memilih pernyataan yang sesuai dengan diri responden.
Adapun, perencanaan penelitian berupa proposal diserahkan pada:
hari                        : Insidentil
tanggal                  : Insidentil
waktu                    : Insidentil
Pelaksanaan penelitian dalam bentuk angket dilaksanakan pada:
hari                        : Insidentil
tanggal                  : Insidentil
waktu                    : Insidentil
Penyerahan laporan penelitian pada:
hari                        : Insidentil
tanggal                  : Insidentil
waktu                    : Insidentil

3.3.        Subyek Penelitian
3.3.1.  populasi
Populasi adalah keseluruhan objek yang akan menjadi pusat penelitian atau biasa juga diartikan sebagai seluruh unsur atau elemen yang menjadi anggota dalam suatu kesatuan yang akan diteliti. Objek penelitian dapat berupa benda, orang, peristiwa, maupun hubungan.
Adapun yang menjadi populasi penelitian ini adalah seluruh siswa SMAN 1 Simpang Kiri Kota Subulussalam.
3.3.2.  Sampel
Sampel adalah bagian yang mewakili populasi atau disebut juga wakil dari populasi yang akan diteliti dari aspek sifat maupun bentuknya. Sehingga  hasil penelitian dengan menggunakan sampel dapat menggeneralisasikan seluruh populasi, artinya kesimpulan penelitian dengan menggunakan sampel dapat mewakili atau berlaku untuk seluruh populasi.
Adapun sampel penelitian ini adalah siswa  kelas X, XI IPA, XI IPS, XII IPA, XII IPS SMAN 1 Simpang Kiri Kota Subulussalam tahun ajaran 2016-2017 dengan rincian sebagai berikut:
Kelas X                : 5  orang
Kelas XI IPA       : 5  orang
Kelas XI IPS        : 5  orang
Kelas XII IPA      : 5  orang
Kelas XII IPS      : 5 orang
Jumlah                          : 25 orang

3.4.        Metode Pengumpulan Data
3.4.1.  Metode Angket
Metode angket merupakan metode pengumpulan data yang dilakukan dengan memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab sesuai diri responden dalam rangka menggali informasi informasi sesuai rumusan masalah dan tujuan penelitian. Menurut Masri Singarimbun, pada penelitian survei, penggunaan angket merupakan hal paling pokok untuk pengumpulan data di lapangan
3.4.2.  Metode Observasi
Metode observasi merupakan metode pengumpulan data yang dilakukan dengan mengamati dan mendengar dalam rangka memahami, mencari jawaban, mencari bukti terhadap fenomena sosial selama beberapa waktu tanpa memengaruhi fenomena yang diamati.
Adapun, metode observasi yang penulis gunakan adalah observasi biasa. Observasi biasa adalah suatu prosedur dimana peneliti mengamati subyek penelitian dalam fenomena sosial tanpa melakukan partisipasi terhadap kegiatan subyek penelitian dalam lingkungan dan fenomena sosialnya.

3.5.        Anggaran Biaya

“Mengenai anggaran biaya insyaAllah nanti saat saat saya sudah melakukan penelitian langsung untuk skripsi saya ya bu :D”














DAFTAR PUSTAKA
Muin, Idianto. 2006.  Sosiologi SMA/MA Untuk Kelas XII. Jakarta: Erlangga

No comments:

Post a Comment