Latest Post

Saturday 21 February 2015

Tony Abott : Sisi Kepemimpinan dan Cemoohan


Dewasa ini, sepakat tidak sepakat, setuju tidak setuju di abad yang serba komersial ini. Kita krisis akan kepemimpinan yang sebenar-benarnya pemimpin yang di elu-elukan seperti khalaknya tauladan kita Nabi Muhammad Saw. Hal ini lah yang saat ini terjadi ditengah kondisi yang kurang akan mengenal tuhan.

Pemimpin yang berkelas, pemimpin yang mempunyai karakter dan prinsip yang baik. Bukanlah ia yang bisa dinilai dari level permukaanya saja ketika zona atau lingkungannya yang aman serta kondisi yang nyaman. Namun bagaimana bisa melihat pemimpin yang sebenar-benarnya berada dalam kondisi sebaliknya. Diantara sesuatu yang dilematis dan bahkan menimbulkan reaksi emosi tanpa dilandasi oleh pikir yang sehat. Hingga akan menimbulkan sesuatu pembeda menjalar ke suatu bentuk konflik.

Dalam pandangan aliran tradisional memandang konflik itu memang jelek. Tidak menguntungkan serta menimbulkan kerugian. Hingga seharusnya dihindari, dicegah dan diatasi.

  • Dalam pandangan behavioral memandang konflik itu alamiah dan wajar terjadi, sehingga konflik tidak selamnyamerugikan tetapi juga menguntungkan. 
  • Namun, dalam aliran interaksi memandang konflik seharusnya diciptakan. Karena jika suatu zona aman yang membuat suatu tersebut dalam kondisi yang selalu menguntungkan. Maka reaksi dan aksi (integrasi) yang seharusnya terbentuk tidak akan menarik seperti seharusnya. 
Dalam hal ini, saya hanya ingin mencoba menggali latar belakang mengenai konflik dilematis rakyat Aceh secara sosiologi terhadap pernyataan Perdana Menteri Australia sesuatu yang muncul ke level permukaan menjadi trending topik di Aceh. Namun sebelumnya tanpa harus menyalahkan dan tanpa harus membenarkan. Bukan berarti setuju. Bukan juga sesuatu yang tidak saya suka. Namun hanya sekedar tulisan biasa memandang dari sudut pandang yang lain untuk bahan intropeksi kita.

Dari ketiga pandangan diatas, mulai dari aliran tradisional, behavioral dan interkasi. Saya hanya ingin katakan. Jika anda semua berada dalam posisi Tony Abott dengan kondisi rakyat anda yang akan di eksekusi mati. Bagaimana sikap kepemimpinan anda seharusnya? Apakah anda diam saja ataua melakukan hal lain. Mencari solusi agar rakyat tidak di eksekusi bukan? Walaupun hingga pada akhirnya anda jatuh dalam keadaan yang menyalahi aturan yang bisa saja mengakibatkn konflik seperti saat ini.

Yang saya ingin katakan ialah dalam pandangan tradisional memang benar demikian sesuatu yang tidak seharusnya. Dan saya setuju akan itu. Namun jika berdalih ke aliran yang memandang konflik adalah hal yang wajar. Ya, saya juga demikian. Yang menjadi titik temunya yang ingin saya katakan ialah, berkaitan erat dengan aliran interkasi yang muncul yang diawali dari pernyatan “yang menyakitkan” dari sang perdana menteri ialah. Apakah kita akan tetap ingat bahkan mengenang jasa dari mereka yang telah membantu Aceh hingga sampai sekarang ini. Jawabanya pasti ia. Namun apakah dengan tanpa kondisi yang harmonis seperti ini kita akan mengingatnya? Jawabannya belum tentu.

Sudut pandang saya mungkin tidak berbanding lurus dengan yang lain. Bukan berarti saya berada dipihak antara pro dan kontra bahkan diantara kedua-duanya. Saya hanya ingin menggali sesuatu yang tidak muncul dibelakangnya secara sosiologis yang muncul kepermukaan tanpa mengenyampingkan saya sebagai rakyat Aceh khususnya.

Sikap dari pemimpin memanglah demikian, dia akan mencari segala cara demi melindungi rakyatnya. Dan saya melihat sosok itu pada Tony Abott meski pada akhirnya ia mencoba memainkan bentuk dramatisasi dengan mengangkat kembali suatu yang berada di masa lalu. Namun ini adalah hal yang sangat wajar. Namun tidak bisa dikatan suatu yang benar. Yang perlu digarisi bawahi ialah hal yang wajar tetapi bukan hal yang benar. Setiap pemimpin pasti memiliki gaya kepminpinan masing-masing. Demokratis, otoriter dan hal lainnya.

Memang beginilah keadaan suatu akan realita keadaan sesorang dalam memandang pernyataan. Kita hanya fokus pada permukaannya saja tanpa melihat sesuatu yang mendasari hingga hal demikian terjadi. Dan itu juga adalah suatu bentuk pola pikir yang wajar, namun tidak benar. Dalam tulisan ini yang ingin saya sampaikan ialah, mari melihat segala sesuatunya bukan hanya terfokuskan pada keadaan yang berada di level permukaannya saja. Apa lagi hal tersebut  menguntungkan anda pribadi baik secara emosional ataupun hal lainnya.

Dan terakhir sayang ingin katakan kembali. Bukan berarti saya suka dengan pernyataan dari ... tapi mencoba mlihat dari sisi lain. Dan untuk membuat diri kita lebih memahami. Mari coba pikirkan keadaan suatu kondisi yang tidak bersahabat dengan kita. Apa dan bagaimana sikap dan tindakan anda dari keadaan tersebut. Tentu dominannya melakukan hal yang SALAH dan itu WAJAR namun TIDAK BENAR.

Maksud saya suapaya hati kita juga terlalu keras. Jang terlalu memojokkan sesuatu yang menurut anda benar. karena kebenaran yang sebenarnya hanya milik Tuhan. Terlepas dari keihklasan biarkan Allah yang memutuskan pada tiba masanya.

No comments:

Post a Comment