GLOBALISASI DAN PENGARUHNYA
TERHADAP KELESTARIAN BAHASA DAERAH DI LINGKUNGAN SISWA SMAN 1 SIMPANG KIRI KOTA
SUBULUSSALAM
Proposal
Oleh :
ARYAWAN BANCIN
1210101010006
*
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU
POLITIK
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM – BANDA ACEH
2013 – 2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Masalah
Globalisasi merupakan proses integrasi internasional yang terjadi karena
pertukaran pandangan
dunia, produk, pemikiran, dan
aspek-aspek kebudayaan lainnya. Istilah ini cenderung merujuk pada kebudayaan asing yang sangat
bebas masuk ke seluruh dunia akibat tidak ada lagi batasan antar negara.
Merebaknya arus budaya baru ini pastinya sulit untuk ditolak sehingga telah
menjadi ancaman tersendiri bagi budaya nasional. Adapun, budaya nasional
terdiri dari banyak hal, salah satunya bahasa daerah. Oleh karena itu, saya akan
mengkhususkan pola penelitian terhadap kelestarian bahasa daerah dalam situasi
dimana begitu terancam.
Indonesia adalah
negara multikultural. Keberagaman aspek budaya yang dimiliki masyarakat Indonesia
sangatlah majemuk.
Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk
jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai
hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia.
Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata Latin Colere, yaitu
mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau
bertani. Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai
"kultur" dalam bahasa Indonesia.
Siapa pula yang tidak tahu betapa kayanya
negeri berbudaya ini, Indonesia akan ragamnya bahasa daerah? Ragamnya bahasa
daerah di Indonesia adalah aset penting negeri ini sekalipun bahasa Indonesia
harus diutamakan sebagai bahasa persatuan. Bahasa daerah menjadi kekayaan dan
modal utama yang menunjukkan bahwa Indonesia adalah negeri berbudaya. Alangkah
malangnya jika sebagian dari suatu suku bangsa tidak mengenal dan
melestarikannya. Kemungkinan terburuk adalah dirampasnya aset tersebut oleh
pihak tidak bertanggungjawab jika tidak diakui apalagi dilestarikan oleh
pemiliknya sendiri.
Dirampasnya bahasa daerah oleh pihak tidak
bertanggungjawab berlangsung secara perlahan namun pasti seiring dengan sikap
pemiliknya yang tidak mau melestarikannya dengan cara mengakui kehadirannya
satu per satu dan mempelajarinya sampai pada taraf mewariskannya pada generasi
selanjutnya. Bisa dibayangkan bagaimana. Kita tentu tidak ingin kalau
kelestarian bahasa daerah menjadi surut dan terancam punah, bukan? Oleh karena
itu, mari kita lihat lagi apakah kita sudah cukup andil untuk melestarikan
bahasa daerah di tengah arus globalisasi dewasa ini.
1.2.
Rumusan
masalah
1.2.1.
Apakah siswa
SMAN 1 Simpang Kiri Kota Subulussalam mengetahui globalisasi berdampak pada
budaya nasional?
1.2.2.
Apakah siswa
SMAN 1 Simpang Kiri Kota Subulussalam memahami bahasa daerah masing-masing?
1.2.3. Sejauh
manakah pengaruh globalisasi mempengaruhi kelestarian bahasa daerah di
lingkungan SMAN 1 Simpang Kiri Kota Subulussalam?
1.3.
Tujuan
Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah tersebut di atas, maka tujuan
penelitian secara umum adalah mengetahui bagaimana pengaruh globalisasi
terhadap kelestarian bahasa daerah di Indonesia. Secara khusus, penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui:
1.3.1. Apakah
siswa SMAN 1 Simpang Kiri Kota Subulussalam mengetahui globalisasi berdampak
pada budaya nasional.
1.3.2. Apakah
siswa SMAN 1 Simpang Kiri Kota Subulussalam memahami bahasa daerah
masing-masing.
1.3.3. Sejauh
manakah pengaruh globalisasi mempengaruhi kelestarian bahasa daerah di
lingkungan SMAN 1 Simpang Kiri Kota Subulussalam.
1.4.
Manfaat Penelitian
Hasil
penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan sebagai berikut:
1. Dilihat dari Segi Teoritis
Hasil
penelitian ini dapat berguna bagi dunia pendidikan dan masyarakat luas.
Adapun,
kegunaannya adalah
·
Memberikan masukkan kepada
pelajar dan masyarakat luas untuk meningkatkan sikap menghargai masuknya arus
globalisasi.
·
Memberikan motivasi kepada
pelajar dan masyarakat luas untuk meningkatkan rasa kepedulian dan
tanggungjawab dalam rangka pelestarian bahasa daerah.
2. Dilihat dari Segi Praktis
Hasil
penelitian ini juga berguna dalam segi praktis, yaitu:
·
Memberikan dorongan kepada
pelajar dan masyarakat luas untuk bersikap selektif terhadap globalisasi.
·
Memberikan dorongan kepada
pelajar dan masyarakat luas untuk mempelajari dan mewariskan bahasa daerah
masing-masing.
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1.
Batasan Istilah
Menurut Selo Soemardjan, globalisasi adalah suatu proses
terbentuknya sistem organisasi dan komunikasi antarmasyarakat di seluruh dunia.
Tujuan globalisasi adalah untuk mengikuti sistem dan kaidah-kaidah tertentu
yang sama misalnya terbentuknya PBB, OKI. Dengan demikian, untuk mewujudkan
sistem komunikasi antarmasyarakat di seluruh dunia diperlukan bahasa yang bisa
menyatukan. Adapun, bahasa Inggris merupakan bahasa internasional yang
menyatukan antarbangsa. Sehingga, setiap lapisan masyarakat dituntut untuk mempelajarinya
seiring dengan melestarikan bahasa nasionalnya.
Hal ini menjadi suatu ancaman bagi keberadaan bahasa daerah di
Indonesia.Tidak mudah bagi setiap orang untuk mempelajari dan melestarikan
bahasa Indonesia, bahasa Inggris, dan bahasa daerah secara berimbang.
Dipastikan, bahasa daerah tidak lagi diutamakan untuk dipelajari padahal bahasa
daerah merupakan aset utama yang menunjukkan bahwa Indonesia adalah negeri
berbudaya.
Dengan demikian, agar penelitian lebih terarah maka permasalahan
yang dibatasi dalam penelitian ini adalah mengenai bagaimana siswa SMAN 1 Simpang Kiri Kota Subulussalam berusaha mempelajari bahasa daerah masing-masing seiring dengan
masuknya bahasa Inggris akibat globalisasi.
2.2.
Globalisasi
2.2.1. Pengertian
Globalisasi
Menurut asal katanya, kata "globalisasi" diambil dari
kata global, yang maknanya ialah universal. Achmad Suparman
menyatakan Globalisasi adalah suatu proses menjadikan sesuatu (benda atau
perilaku) sebagai ciri dari setiap individu di dunia ini tanpa dibatasi oleh
wilayah. Globalisasi belum memiliki definisi yang mapan, kecuali sekedar
definisi kerja (working definition), sehingga bergantung dari sisi mana orang
melihatnya. Ada yang memandangnya sebagai suatu proses sosial, atau
proses sejarah, atau proses alamiah yang akan membawa seluruh bangsa
dan negara di dunia makin terikat satu sama lain, mewujudkan satu
tatanan kehidupan baru atau kesatuan ko-eksistensi dengan menyingkirkan
batas-batas geografis, ekonomi dan budaya masyarakat.
Di sisi lain, ada yang melihat globalisasi sebagai sebuah proyek
yang diusung oleh negara-negara adikuasa, sehingga bisa saja orang
memiliki pandangan negatif atau curiga terhadapnya. Dari sudut pandang ini,
globalisasi tidak lain adalah kapitalisme dalam bentuk yang paling mutakhir.
Negara-negara yang kuat dan kaya praktis akan
mengendalikan ekonomi dunia dan negara-negara kecil makin tidak
berdaya karena tidak mampu bersaing. Sebab, globalisasi cenderung berpengaruh
besar terhadap perekonomian dunia, bahkan berpengaruh terhadap bidang-bidang
lain seperti budaya dan agama. Theodore Levitte merupakan orang
yang pertama kali menggunakan istilah Globalisasi pada tahun 1985.
Scholte melihat
bahwa ada beberapa definisi yang dimaksudkan orang dengan globalisasi:
·
Internasionalisasi:
Globalisasi diartikan sebagai meningkatnya hubungan internasional. Dalam hal
ini masing-masing negara tetap mempertahankan identitasnya masing-masing, namun
menjadi semakin tergantung satu sama lain.
·
Liberalisasi: Globalisasi
juga diartikan dengan semakin diturunkankan batas antar negara, misalnya
hambatan tarif ekspor impor, lalu lintas devisa, maupun migrasi.
·
Universalisasi: Globalisasi
juga digambarkan sebagai semakin tersebarnya hal material maupun imaterial ke
seluruh dunia. Pengalaman di satu lokalitas dapat menjadi pengalaman seluruh
dunia.
·
Westernisasi: Westernisasi
adalah salah satu bentuk dari universalisasi dengan semakin menyebarnya pikiran
dan budaya dari barat sehingga mengglobal.
·
Hubungan transplanetari dan
suprateritorialitas: Arti kelima ini berbeda dengan keempat definisi di atas.
Pada empat definisi pertama, masing-masing negara masih mempertahankan status
ontologinya. Pada pengertian yang kelima, dunia global memiliki status ontologi
sendiri, bukan sekadar gabungan negara-negara.
Berikut
ini adalah pengertian globalisasi menurut para ahli.
1. Malcom Waters
Globalisasi
adalah sebuah proses sosial yang berakibat bahwa pembatasan geografis pada
keadaan sosial budaya menjadi kurang penting, yang terjelma didalam
kesadaran orang.
2. Emanuel Ritcher
Globalisasi
adalah jaringan kerja global secara bersamaan menyatukan masyarakat yang
sebelumnya terpencar-pencar dan terisolasi kedalam saling ketergantungan
dan persatuan dunia.
3. Thomas L. Friedman
Globalisasi
memiliki dimensi ideology dan teknlogi. Dimensi teknologi, yaitu kapitalisme
dan pasar bebas sedangkan dimensi teknologi adalah teknologi informasi yang
telah menyatukan dunia.
4. Princenton N. Lyman
Globalisasi
adalah pertumbuhan yang sangat cepat atas saling ketergantungan dan hubungan
antara negara-negara di dunia dalam hal perdagangan dan keuangan.
5. Leonor Briones
Demokrasi
bukan hanya dalam bidang perniagaan dan ekonomi namun juga mencakup globalisasi
institusi-institusi demokratis, pembangunan sosial, hak asasi manusia, dan
pergerakan wanita.
6. Achmad Suparman
Globalisasi
adalah suatu proses menjadikan sesuatu (benda atau perilaku) sebagai ciri dari
setiap individu di dunia ini tanpa dibatasi oleh wilayah.
7. M. Dahlan Al-Barry
Globalisasi
ialah suatu perubahan perombakan atau peningkatan secara menyeluruh dari
berbagai macam aspek kehidupan.
8. Rosabeth Moss Kanter, (1995)
Globalisasi
adalah dunia yang menjadi pusat perbelanjaan global yang dalam gagasan dan
produksinya, tersedia disetiap tempat ada saat yang sama.
9. Kamus Bahasa Indonesia
Globalisasi
adalah proses masuk ke ruang lingkup dunia. Dapat pula diartikan sebagai
hal-hal kejadian secara menyeluruh dalam berbagai bidang kehidupan sehingga
tidak tampak lagi batas-batas yang mengikat secara nyata.
10.
Selo Soemardjan
Globalisasi
adalah suatu proses terbentuknya sistem organisasi dan komunikasi
antarmasyarakat di seluruh dunia. Tujuan globalisasi adalah untuk mengikuti
sistem dan kaidah-kaidah tertentu yang sama misalnya terbentuknya PBB, OKI.
11.
Menurut Anthony Giddens
(1989),
Proses
peningkatan kesalingtergantungan masyarakat dunia dinamakan dengan globalisasi.
Ditandai oleh kesenjangan tingkat kehidupan antara masyarakat industri dan
masyarakat dunia ketiga(yang pernah dijajah Barat dan mayoritas hidup dari
pertanian)
2.3.
Teori Globalisasi
Cochrane dan Pain menegaskan bahwa dalam kaitannya
dengan globalisasi, terdapat tiga posisi teoritis yang dapat dilihat, yaitu:
1. Para globalis percaya bahwa globalisasi adalah sebuah
kenyataan yang memiliki konsekuensi nyata terhadap bagaimana orang
dan lembaga di seluruh dunia berjalan. Mereka percaya bahwa
negara-negara dan kebudayaan lokal akan hilang diterpa kebudayaan dan
ekonomi global yang homogen. meskipun demikian, para globalis tidak memiliki
pendapat sama mengenai konsekuensi terhadap proses tersebut.
2. Para globalis positif dan optimistis menanggapi dengan
baik perkembangan semacam itu dan menyatakan bahwa globalisasi akan
menghasilkan masyarakat dunia yang toleran dan bertanggung jawab.
3. Para globalis pesimis berpendapat bahwa globalisasi
adalah sebuah fenomena negatif karena hal tersebut sebenarnya adalah bentuk
penjajahan barat(terutama Amerika Serikat) yang memaksa sejumlah
bentuk budaya dan konsumsi yang homogen dan terlihat sebagai sesuatu yang benar
dipermukaan. Beberapa dari mereka kemudian membentuk kelompok untuk menentang
globalisasi (anti-globalisasi).
2.4.
Globalisasi Kebudayaan
Globalisasi memengaruhi hampir semua aspek yang ada
di masyarakat, termasuk diantaranya aspek budaya. Kebudayaan dapat
diartikan sebagai nilai-nilai (values) yang dianut oleh masyarakat
ataupun persepsi yang dimiliki oleh warga masyarakat terhadap berbagai hal.
Baik nilai-nilai maupun persepsi berkaitan dengan aspek-aspek
kejiwaan/psikologis, yaitu apa yang terdapat dalam alam pikiran. Aspek-aspek
kejiwaan ini menjadi penting artinya apabila disadari, bahwa tingkah laku
seseorang sangat dipengaruhi oleh apa yang ada dalam alam pikiran orang yang
bersangkutan. Sebagai salah satu hasil pemikiran dan penemuan seseorang
adalah kesenian, yang merupakan subsistem dari kebudayaan.
Globalisasi sebagai sebuah gejala tersebarnya nilai-nilai dan budaya tertentu
keseluruh dunia (sehingga menjadi budaya dunia atauworld culture) telah
terlihat semenjak lama. Cikal bakal dari persebaran budaya dunia ini dapat
ditelusuri dari perjalanan para penjelajah Eropa Barat ke berbagai tempat
di dunia ini ( Lucian W. Pye, 1966 ).
Namun, perkembangan globalisasi kebudayaan secara intensif terjadi
pada awal ke-20 dengan berkembangnya teknologi komunikasi. Kontak melalui
media menggantikan kontak fisik sebagai sarana utama komunikasi antar bangsa.
Perubahan tersebut menjadikan komunikasi antar bangsa lebih mudah dilakukan,
hal ini menyebabkan semakin cepatnya perkembangan globalisasi kebudayaan.
Ciri
Berkembangnya Globalisasi Kebudayaan
·
Berkembangnya pertukaran
kebudayaan internasional.
·
Penyebaran prinsip
multikebudayaan (multiculturalism), dan kemudahan akses suatu individu terhadap
kebudayaan lain di luar kebudayaannya.
·
Berkembangnya turisme
dan pariwisata.
·
Semakin
banyaknya imigrasi dari suatu negara ke negara lain.
·
Berkembangnya mode yang
berskala global, seperti pakaian, film dan lain lain.
·
Bertambah banyaknya
event-event berskala global, seperti Piala Dunia FIFA.
·
Persaingan bebas dalam bidang
ekonomi
·
Meningkakan interaksi budaya
antar negara melalui perkembangan media massa
2.5.
Dampak Globalisasi
2.5.1.
Dampak Positif
·
Mudah memperoleh informasi
dan ilmu pengetahuan
·
Mudah melakukan komunikasi
·
Cepat dalam bepergian
(mobilitas tinggi)
·
Menumbuhkan sikap
kosmopolitan dan toleran
·
Memacu untuk meningkatkan
kualitas diri
·
Mudah memenuhi kebutuhan
2.5.2.
Dampak Negatif
·
Informasi yang tidak
tersaring
·
Perilaku konsumtif
·
Membuat sikap menutup diri,
berpikir sempit
·
Pemborosan pengeluaran dan
meniru perilaku yang buruk
·
Mudah terpengaruh oleh hal
yang tidak sesuai dengan kebiasaan atau kebudayaan suatu negara
2.6.
Bahasa Daerah
2.6.1.
Pengertian Bahasa Daerah
Bahasa
daerah adalah suatu bahasa yang dituturkan di suatu wilayah
dalam sebuah negara kebangsaan; apakah itu pada suatu daerah
kecil, negara bagian federal atau provinsi, atau daerah yang
lebih luas.
Dalam rumusan “Piagam
Eropa untuk Bahasa-Bahasa Regional atau Minoritas”: "bahasa-bahasa daerah
atau minoritas" adalah bahasa – bahasa yang:
1.
Secara tradisional digunakan dalam
wilayah suatu negara, oleh warga negara dari negara tersebut, yang secara
numerik membentuk kelompok yang lebih kecil dari populasi lainnya di negara
tersebut; dan
2.
berbeda dari bahasa resmi (atau
bahasa-bahasa resmi) dari negara tersebut.
2.6.2.
Bahasa Daerah Terdata di
Indonesia
·
Bahasa Aceh Digunakan di Wilayah
Sumatera
·
Bahasa Alas Digunakan di Wilayah Sumatera
·
Bahasa Alor Digunakan di Wilayah Maluku
Daerah Sekitar Ambon Timur
·
Bahasa Ambelan Digunakan di Wilayah
Maluku Daerah Sekitar Ambon Timur
·
Bahasa Angkola Digunakan di Wilayah
Sumatera
·
Bahasa Aru Digunakan di Wilayah Maluku
Daerah Sekitar Ambon Timur
·
Bahasa Bacan Digunakan di Wilayah Maluku
Daerah Sekitar Sula Bacan
·
Bahasa Bada' Besona Digunakan di Wilayah
Sulawesi Daerah Sekitar Toraja
·
Bahasa Bahau Digunakan di Wilayah
Kalimantan
·
Bahasa Bajau Digunakan di Wilayah
Kalimantan
·
Bahasa Balantak Digunakan di Wilayah
Sulawesi Daerah Sekitar Loinan
·
Bahasa Bali Digunakan di Wilayah Bali
·
Bahasa Banda Digunakan di Wilayah Maluku
Daerah Sekitar Ambon Timur
·
Bahasa Banggai Digunakan di Wilayah
Sulawesi Daerah Sekitar Loinan
·
Bahasa Banjar Digunakan di Wilayah Kalimantan
·
Bahasa Bantik Digunakan di Wilayah
Sulawesi Daerah Sekitar Sulut
·
Bahasa Batak Digunakan di Wilayah
Sumatera
·
Bahasa Belu Digunakan di Wilayah Maluku
Daerah Sekitar Ambon Timur
·
Bahasa Bobongko Digunakan di Wilayah
Sulawesi Daerah Sekitar Loinan
·
Bahasa Bonerate Digunakan di Wilayah
Sulawesi Daerah Sekitar Muna Butung
·
Bahasa Bugis Digunakan di Wilayah
Sulawesi Daerah Sekitar Sulsel
·
Bahasa Bulanga Digunakan di Wilayah
Sulawesi Daerah Sekitar Gorontalo
·
Bahasa Bungkumori Digunakan di Wilayah
Sulawesi Daerah Sekitar Bungku Langku
·
Bahasa Buol Digunakan di Wilayah
Sulawesi Daerah Sekitar Gate
·
Bahasa Buru Digunakan di Wilayah Maluku
Daerah Sekitar Ambon Timur
·
Bahasa Butung Digunakan di Wilayah
Sulawesi Daerah Sekitar Muna Butung
·
Bahasa Enggano Digunakan di Wilayah
Sumatera
·
Bahasa Gayo Digunakan di Wilayah
Sumatera
·
Bahasa Geloli Digunakan di Wilayah
Maluku Daerah Sekitar Ambon Timur
·
Bahasa Goram Digunakan di Wilayah Maluku
Daerah Sekitar Ambon Timur
·
Bahasa Gorontalo Digunakan di Wilayah
Sulawesi Daerah Sekitar Gate
·
Bahasa Helo Digunakan di Wilayah Maluku
Daerah Sekitar Ambon Timur
·
Bahasa Iban Digunakan di Wilayah
Kalimantan
·
Bahasa Jawa Digunakan di Wilayah Jawa
·
Bahasa Kadang Digunakan di Wilayah
Maluku Daerah Sekitar Ambon Timur
·
Bahasa Kai Digunakan di Wilayah Maluku
Daerah Sekitar Ambon Timur
·
Bahasa Kaidipan Digunakan di Wilayah
Sulawesi Daerah Sekitar Gate
·
Bahasa Kail Digunakan di Wilayah
Sulawesi Daerah Sekitar Toraja
·
Bahasa Kaisar Digunakan di Wilayah
Maluku Daerah Sekitar Ambon Timur
·
Bahasa Kalaotoa Digunakan di Wilayah
Sulawesi Daerah Sekitar Muna Butung
·
Bahasa Karo Digunakan di Wilayah
Sumatera
·
Bahasa Karompa Digunakan di Wilayah
Sulawesi Daerah Sekitar Muna Butung
·
Bahasa Kayan Digunakan di Wilayah
Kalimantan
·
Bahasa Kenya Digunakan di Wilayah Kalimantan
·
Bahasa Klemautan Digunakan di Wilayah
Kalimantan
·
Bahasa Kroe Digunakan di Wilayah Maluku
Daerah Sekitar Ambon Timur
·
Bahasa Kubu Digunakan di Wilayah
Sumatera
·
Bahasa Lain Digunakan di Wilayah Maluku
Daerah Sekitar Ambon Timur
·
Bahasa Laki Digunakan di Wilayah
Sulawesi Daerah Sekitar Bungku Langku
·
Bahasa Lampung Digunakan di Wilayah
Sumatera
·
Bahasa Landawe Digunakan di Wilayah
Sulawesi Daerah Sekitar Bungku Langku
·
Bahasa Layolo Digunakan di Wilayah
Sulawesi Daerah Sekitar Muna Butung
·
Bahasa Leboni Digunakan di Wilayah
Sulawesi Daerah Sekitar Toraja
·
Bahasa Leti Digunakan di Wilayah Maluku
Daerah Sekitar Ambon Timur
·
Bahasa Loinan Digunakan di Wilayah
Sulawesi Daerah Sekitar Loinan
·
Bahasa Lom Digunakan di Wilayah
SumateraBahasa Luwu Digunakan di Wilayah Sulawesi Daerah Sekitar Sulsel
·
Bahasa Madura Digunakan di Wilayah Jawa
·
Bahasa Makassar Digunakan di Wilayah
Sulawesi Daerah Sekitar Sulsel
·
Bahasa Mandailing Digunakan di Wilayah
Sumatera
·
Bahasa Mandar Digunakan di Wilayah
Sulawesi Daerah Sekitar Sulsel
·
Bahasa Mapute Digunakan di Wilayah
Sulawesi Daerah Sekitar Bungku Langku
·
Bahasa Melayu Digunakan di Wilayah
Kalimantan
·
Bahasa Melayu Digunakan di Wilayah
Sumatera
·
Bahasa Mentawai Digunakan di Wilayah
Sumatera
·
Bahasa Milano Digunakan di Wilayah
Kalimantan
·
Bahasa Minangkabau Digunakan di Wilayah
Sumatera
·
Bahasa Mongondow Digunakan di Wilayah
Sulawesi Daerah Sekitar Sulut
·
Bahasa Napu Digunakan di Wilayah
Sulawesi Daerah Sekitar Toraja
·
Bahasa Nias Digunakan di Wilayah
Sumatera
·
Bahasa Orang Laut Digunakan di Wilayah Sumatera
·
Bahasa Ot-Danum Digunakan di Wilayah
Kalimantan
·
Bahasa Pak-Pak Digunakan di Wilayah
Sumatera
·
Bahasa Pantar Digunakan di Wilayah
Maluku Daerah Sekitar Ambon Timur
·
Bahasa Pilpikoro Digunakan di Wilayah
Sulawesi Daerah Sekitar Toraja
·
Bahasa Pitu Digunakan di Wilayah
Sulawesi Daerah Sekitar Sulsel
·
Bahasa Rejang Lebong Digunakan di
Wilayah Sumatera
·
Bahasa Riau Digunakan di Wilayah
Sumatera
·
Bahasa Roma Digunakan di Wilayah Maluku
Daerah Sekitar Ambon Timur
·
Bahasa Rote Digunakan di Wilayah Maluku
Daerah Sekitar Ambon Timur
·
Bahasa Sa'dan Digunakan di Wilayah
Sulawesi Daerah Sekitar Sulsel
·
Bahasa Salu Digunakan di Wilayah
Sulawesi Daerah Sekitar Sulsel
·
Bahasa Sangir Digunakan di Wilayah
Sulawesi Daerah Sekitar Sulut
·
Bahasa Sasak Digunakan di Wilayah Bali
·
Bahasa Sasak Digunakan di Wilayah Nusa
Tenggara Barat
·
Bahasa Sasak Digunakan di Wilayah Nusa
Tenggara Timur
·
Bahasa Seko Digunakan di Wilayah
Sulawesi Daerah Sekitar Sulsel
·
Bahasa Sikule Digunakan di Wilayah
Sumatera
·
Bahasa Simulur Digunakan di Wilayah
Sumatera
·
Bahasa Solor Digunakan di Wilayah Maluku
Daerah Sekitar Ambon Timur
·
Bahasa Sula Digunakan di Wilayah Maluku
Daerah Sekitar Sula Bacan
·
Bahasa Sumba Digunakan di Wilayah Nusa
Tenggara Barat
·
Bahasa Sumbawa Digunakan di Wilayah Nusa
Tenggara Timur
·
Bahasa Sunda Digunakan di Wilayah Jawa
·
Bahasa Talaud Digunakan di Wilayah
Sulawesi Daerah Sekitar Sulut
·
Bahasa Taliabo Digunakan di Wilayah
Maluku Daerah Sekitar Sula Bacan
·
Bahasa Tambulu Digunakan di Wilayah
Sulawesi Daerah Sekitar Sulut
·
Bahasa Tanibar Digunakan di Wilayah
Maluku Daerah Sekitar Ambon Timur
·
Bahasa Ternate Digunakan di Wilayah
Maluku Daerah Sekitar Halmahera Utara
·
Bahasa Tetun Digunakan di Wilayah Nusa
Tenggara Timur
·
Bahasa Tetun Digunakan di Wilayah Maluku
Daerah Sekitar Ambon Timur
·
Bahasa Tidore Digunakan di Wilayah
Maluku Daerah Sekitar Halmahera Utara
·
Bahasa Timor Digunakan di Wilayah Nusa
Tenggara Timur
·
Bahasa Timor Digunakan di Wilayah Maluku
Daerah Sekitar Ambon Timur
·
Bahasa Tombatu Digunakan di Wilayah
Sulawesi Daerah Sekitar Sulut
·
Bahasa Tomini Digunakan di Wilayah
Sulawesi Daerah Sekitar Tomoni
·
Bahasa Tompakewa Digunakan di Wilayah
Sulawesi Daerah Sekitar Sulut
·
Bahasa Tondano Digunakan di Wilayah
Sulawesi Daerah Sekitar Sulut
·
Bahasa Tontembun Digunakan di Wilayah
Sulawesi Daerah Sekitar Sulut
·
Bahasa Toraja Digunakan di Wilayah
Sulawesi Daerah Sekitar Toraja
·
Bahasa Uluna Digunakan di Wilayah
Sulawesi Daerah Sekitar Sulsel
·
Bahasa Walio Digunakan di Wilayah
Sulawesi Daerah Sekitar Muna Butung
·
Bahasa Wetar Digunakan di Wilayah Maluku
Daerah Sekitar Ambon Timur
·
Bahasa Windesi Digunakan di Wilayah
Maluku Daerah Sekitar Halmahera Selatan
·
Bahasa Wotu Digunakan di Wilayah
Sulawesi Daerah Sekitar Toraja
2.7.
Hipotesis
Berdasarkan
kajian teori di atas, hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut:
1. Siswa SMAN 1 Simpang Kiri Kota Subulussalam mengetahui bahwa globalisasi berdampak pada budaya nasional.
2. Siswa SMAN 1 Simpang Kiri Kota Subulussalam memahami bahasa daerah masing-masing.
3. Globalisasi menyebabkan rendahnya kelestarian bahasa daerah di
lingkungan siswa SMAN 1 Simpang Kiri Kota Subulussalam
.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1.
Lokasi Penelitian
Penelitian sosial ini dilakukan di kelas-kelas yang ada di SMAN 1
Simpang Kiri Kota Subulussalam.
3.2.
Prosedur dan Jadwal Penelitian
Prosedur
penelitian yang dilakukan dengan melalui angket adalah memilih pernyataan yang
sesuai dengan diri responden.
Adapun, perencanaan
penelitian berupa proposal diserahkan pada:
hari
: Insidentil
tanggal
: Insidentil
waktu
: Insidentil
Pelaksanaan penelitian dalam
bentuk angket dilaksanakan pada:
hari
: Insidentil
tanggal
: Insidentil
waktu
: Insidentil
Penyerahan laporan penelitian
pada:
hari
: Insidentil
tanggal
: Insidentil
waktu
: Insidentil
3.3.
Subyek Penelitian
3.3.1.
populasi
Populasi adalah keseluruhan objek yang akan menjadi pusat penelitian
atau biasa juga diartikan sebagai seluruh unsur atau elemen yang menjadi
anggota dalam suatu kesatuan yang akan diteliti. Objek penelitian dapat berupa
benda, orang, peristiwa, maupun hubungan.
Adapun yang menjadi populasi penelitian ini adalah seluruh siswa
SMAN 1 Simpang Kiri Kota Subulussalam.
3.3.2.
Sampel
Sampel adalah bagian yang mewakili populasi atau disebut juga wakil
dari populasi yang akan diteliti dari aspek sifat maupun bentuknya.
Sehingga hasil penelitian dengan menggunakan sampel dapat menggeneralisasikan
seluruh populasi, artinya kesimpulan penelitian dengan menggunakan sampel dapat
mewakili atau berlaku untuk seluruh populasi.
Adapun sampel penelitian ini adalah siswa kelas X, XI IPA, XI
IPS, XII IPA, XII IPS SMAN 1 Simpang Kiri Kota Subulussalam tahun ajaran 2016-2017
dengan rincian sebagai berikut:
Kelas
X
: 5 orang
Kelas XI IPA : 5 orang
Kelas XI IPS : 5
orang
Kelas XII IPA : 5 orang
Kelas XII IPS : 5 orang
Jumlah :
25 orang
3.4.
Metode Pengumpulan Data
3.4.1. Metode
Angket
Metode angket merupakan metode pengumpulan data yang dilakukan
dengan memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden
untuk dijawab sesuai diri responden dalam rangka menggali informasi informasi
sesuai rumusan masalah dan tujuan penelitian. Menurut Masri Singarimbun, pada
penelitian survei, penggunaan angket merupakan hal paling pokok untuk
pengumpulan data di lapangan
3.4.2. Metode Observasi
Metode observasi merupakan metode pengumpulan data yang dilakukan dengan
mengamati dan mendengar dalam rangka memahami, mencari jawaban, mencari bukti
terhadap fenomena sosial selama beberapa waktu tanpa memengaruhi fenomena yang
diamati.
Adapun, metode observasi yang penulis gunakan adalah observasi
biasa. Observasi biasa adalah suatu prosedur dimana peneliti mengamati subyek
penelitian dalam fenomena sosial tanpa melakukan partisipasi terhadap kegiatan
subyek penelitian dalam lingkungan dan fenomena sosialnya.
3.5.
Anggaran Biaya
“Mengenai
anggaran biaya insyaAllah nanti saat saat saya sudah melakukan penelitian langsung
untuk skripsi saya ya bu :D”
DAFTAR PUSTAKA
http://organisasi.org/daftar_bahasa_daerah_di_indonesia_diurutkan_berdasarkan_abjadhttp://memantau.blogspot.com/2012/07/24-rekor-dunia-yang-masih-dipegang.html
Muin, Idianto. 2006. Sosiologi SMA/MA Untuk Kelas
XII. Jakarta: Erlangga
No comments:
Post a Comment